About

Selasa, 05 Januari 2016

CINTA ITU MENGUATKAN

Memasuki jadwal perkuliahan setelah ujian materi Berpikir dan dinyatakan berhasil dengan predikat LULUS aku datang dengan penuh semangat. Bagaimana tidak, masuk kelas pada pukul 19.00 aku sudah siap untuk berangkat sejak pukul 16.30. Ini luar biasa mengingat bahwa jarak yang ditempuh dari kosan menuju kampus cukup dekat yaitu Ciputat-Bintaro untuk persiapan kurang lebih sekitar 2,5 jam. Dan ini juga merupakan suatu rekor bagiku yang terkadang baru bersiap-siap pada pukul 18.00.. hehee. Dan satu hal lagi yang membuat aku semangat adalah aku berangkat kuliah dengan seorang yang spesial, yaitu orang yang aku memiliki perasaan yang mendalam padanya, itulah energi positif terbesar yang kudapati malam itu.

Berkeyakinan bahwa malam ini aku akan datang tepat pada waktunya dan memberikaan sapaan pada teman-teman lainnya ketika tiba di kampus, namun aku masih perlu menunggu lebih lama karena Somenone Special nya belum tiba hingga pukul 18.00. Dia masih harus melewati keramaian jalanan kota Jakarta dan pinggirannya. Entah kenapa, memang pada hari itu jalanan sejak pagi sudah sangat ramai dan padat bahkan hingga memasuki kawasan Legoso dan Kerta Mukti yang notabenenya jalanan tersebut adalah jalanan kecil yang hampir mustahil untuk terjadi kemacetan.

Saat menunggu kedatangannya yang cukup lama sejak pukul 17.00 aku tak gelisah maupun khawatir sedikitpun dengannya. Walaupun konsekuensi yang harus kami terima jika kami telat adalah mengikuti perkuliahan dengan berdiri sejak awal sampai akhir perkuliahan, mungkin sekitar empat jam jika perkuliahan dimulai pukul 19.00. Namun konsekuensi tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan dari dosen yang mengajar nantinya. Akupun tak khawatir terjadi sesuatu dengannya karena menunggu cukup lama. Selain karena memang kami sesekali berkomunikasi melalui BBM selama dia dalam perjalanan, ada hal lain yang membuatku selalu percaya bahwa dia dalam keadaan baik. Hal tersebut adalah karena aku selalu mendoakannya dalam keadaan yang baik dalam segala aktivitasnya, dan Alhamdulillah diapun turut menghadirkan Allah dalam segala aktivitasnya. Itulah hal yang membuatku selalu percaya padanya. Memang kekuatan yang disandarkan kepada Allah tak akan pernah memberikan kerisauan kepada hambanya. Trust me deh., its work loh.. hehee

Dan malam itu, Sabtu 03 Oktober 2015 aku kuliah perdana dan mulai masuk kelas. Alhamdulillah aku datang tepat waktu (. Perkuliahan akhirnya dibuka oleh MC yang bertugas pada malam itu, kebetulan yang menjadi MC pada malam itu adalah kak Nurul Fauziah atau sering kita menyapanya dengan panggilan Phapao. Sekedar informasi bahwa memang di kampus saya yang satu ini selain menerapkan disiplin yang mendidik, kami juga dilatih untuk mengatur proses perkuliahan sedemikian rupa mulai dari MC, Qori, Sartil, pembaca doa, dan juga protokoler yang bertugas dalam penyiapan konsumsi dosen yang mengajar dan persiapan alat tulis yang digunakan.

Mari kita lanjut kepada proses perkuliahan...
Dan yeaaayy,. malam ini kami diajar oleh dosen yang punya segudang pengalaman tentang pentas pantomimnya. Yaa,. dialah Ka Harsin yang sudah melalang buana untuk pentas seni pantomimnya. Dan dialah dosen andalan kami dan yang paling expert dalam bidangnya. Dimulai dengan Ice Breaking yang sangat menghibur dan membuat kami seakan tidak bisa berhenti untuk menahan tawa, dan itu merupakan hal yang menarik yang kami dapatkan setiap malam minggu kami melaksanakan perkuliahan. Tak cukup sampai pembukaan perkuliah dengan ice breaking  yang sudah membuat kami cair dalam suasana pembelajaran, prosesi dalam pembelajaran pun tak ubah sebuah pertunjukan sirkus yang menggelar tawa, pasalnya memang ka Harsin inilah yang menjadikan suasana begitu nikmat. Maka tak salah jika ka Harsin adalah Dekannya di Fakultas Mimik dan Ekspresi.

Aku tak percaya jika empat jam pelajaran telah berlalu begitu cepat, menunjukan pukul 11 malam kala itu. Mengharuskan kami untuk mengakhiri perkuliahan karena waktu yang telah ditentukan telah usai. Yaa,. begitulah kampus kami yang selalu semangat dalam perkuliahan, bahkan jikalau boleh untuk meneruskan pelajaran kami siapa untuk menerimanya. Di kampus kami seorang dosen yang akan memberikan pelajaran amat sangat ditunggu dan dinantikan kedatangannya. Mungkin akan sangat berbeda dengan banyak kampus atau intansi pendidikan lainnya yang justru mahasiswanya akan sangat senang sekali bila dosen yang akan mengajarnya tidak datang untuk mengajar. Begitulah kampus kami, selalu berbeda dengan kampus lainnya. Dan itulah yang menjadi ciri khas kampus kami, dan kami bangga menjadi mahasiswa di dalamnya.

Setelah perkuliahan selesai kami pun pulang ke tempat kami masing-masing, ada yang pulang kerumah, ada yang pulang ke kosan, dan ada pula yang masih melanjutkan aktivitas mereka. Karena tidak sedikit mahasiswa Kahfi yang juga kuliah di kampus lain, terkadang mereka harus menyelesaikan tugas kampus yang sudah harus dikumpulkan esok hari. Itu sebabnya mengapa aktivitas mereka masih harus dilanjutkan selepas kuliah di Kahfi. Atau ada juga yang masih harus masuk kerja karena mendapat giliran jaga malam, ini bagi mereka yang berprofesi untuk menjaga sebuah toko atau perusahaan tempat mereka bekerja.

Berbeda dengan mereka semua, aku seperti biasa langsung pulang setelah kuliah. Tapi tiba-tiba ada hal yang membuat kami, yaitu aku dan seseorang yang ku bonceng berpikiran sama. Kami berpikiran untuk ke puncak bersama malam itu, entah atas dasar apa tapi percayalah bahwa itu semua hanya dari perkataan candaan untuk pergi ke puncak. Tapi kami bukanlah orang yang terlalu banyak teori, sehingga kami pun melakukan perjalanan sungguhan ke puncak.

Tepat pukul 00.30 kami bersiap melakukan perjalanan ke puncak, jujur sebenarnya hari itu adalah hari yang cukup melelahkan setelah acara dari pagi hingga siang hari. Ditambah perkuliahan yang menghabiskan banyak tenaga karena ta kuasa menahan tawa. Tapi ada sesuatu yang tak bisa ku jelaskan, bahwa pada malam itu aku seakan baru terbangun dari tidur dengan sangat bugarnya dan sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan ke puncak di tengah malam yang dingin.

Benar saja, baru memasuki wilayah parung, ternyata orang yang sedang ku bonceng (sebut saja bunny) telah merasa kedinginan. Kami pun tetap melakukan perjalanan dan tidak berhenti sampai kami memang benar-benar berada di puncak. Chimory, pasar Cisarua, dan Masjid At-Taawun pun telah kami lalui, menandakan sesaat lagi kurang dari 30 menit kami akan sampai ke tempat yang kami tuju.

Tak lama setelah itu kami pun sampai ditempat makan yang kami tuju, yaa itu adalah puncak pas. Kami sampai dengan rasa kedinginan, tak sabar ingin segera mendapatkan tempat agar kami bisa memesan minuman hangat untuk membuat kami merasa lebih nyaman. Tetapi subhanallah, tempat itu begitu ramai dipadati orang yang telah lebih dulu berada disana. Ku perhatikan hampir seluruh kendaraan disana bernomor polisi B, dapat kupastikan bahwa mereka juga sama sepertiku yang datang dari Jakarta.


Kami pun mencari tempat yang nyaman bagi kami untuk bisa memesan minuman hangat dan segera mendapat suasana puncak dari atas pada malam hari, tapi semuanya begitu ramai dan penuh. Wajar saja karena kami sampai disana pukul 03.00, hampir mendekati waktu subuh ternyata. Kamipun duduk di tempat yang membuat kami bisa melihat bogor dari atas, setelah kami memesan minuman dan makanan. Kami belum sempat mengobrol banyak karena kulihat bunny begitu menggigil berada disini, sehingga tak banyak perkataan yang dapat dia keluarkan karena gigi-gigimya saring beradu anatara yang atas dan yang bawah membuat suara gemeretak yang terdengar lucu. Tanpa pikir panjang kulepaskan jaket yang kukenakan untuk kupakaiakan menutupi tubuhnya, agar rasa dingin yang menyelimutinya dapat hilang. Aku tak pernah habis pikir diantara banyak orang disekitarku yang mengenakan jaket yang begitu tebal dengan hidangan hangatnya, aku justru tak mengenakan jaket apapun untuk menghangatkanku. Tapi disinilah kedua kalinya aku merasa bahwa aku sanggup berada disini walau tanpa jaket. Aku lebih memikirkan bagaiaman caranya agar bunny tak lagi merasa kedinginan walau telah kuberikan jaket yang kukenakan kepadanya.
Aku tak lagi memikirkan tentang diriku, karena aku yakin sanggup untuk mengendalikan diriku dari rasa dingin yang dirasakan, dan aku berhasil dengan itu semua.

Banyak obrolan yang ingin disampaikan, tapi waktu subuh memaksa kami untuk menghentikan pembicaraan dan bergegas pulang. Selama perjalanan pulang akupun masih bertanya kepada diriku tentang bagaimana caraku melakukan semua ini setelah keadaanku yang seharusnya aku sudah beristirahat. Hingga ku berpikir banyak perkataan orang tentang "CINTA ITU MENGUATKAN"

1 komentar:

  1. Menarik untuk terus dikulik.
    Masih ditunggu artikel selanjutnya yah Kak Ucup

    Salam Penulis
    seikenramadhan.blogspot.com

    BalasHapus