Bismillahirrohmanirrohim,.
puja dan puji syukur kehadirat Allah swt selalu terpanjatkan kepada-Nya, semoga
nikmat Iman dan nikmat Islam selalu tercurah kepada kita semua, aamiin.
Sholawat serta salam kita junjungkan kepada nabi besar Muhammad saw yang telah
membuat sebuah generasi dunia yang mengagumkan. Pada kesempatan yang sangat
istimewa kali ini, saya akan sharing tentang apa sebenarnya yang ditakutkan
oleh orang-orang yang menganggap bahwasanya berorganisasi itu adalah sebuah momok
bagi kelancaran perkuliahan. Mereka menganggap bila berorganisasi akan
menghabiskan waktu, tenaga, fikiran, dan mungkin materi. Tidak sedikit pula
yang berasumsi jika berorganisasi hanyalah sebuah kegiatan
tanpa landasan filosofis yang tak menghasilkan sesuatu
apapun. Maka saya katakan bahwasanya ketakutan-ketakutan dan asumsi tadi adalah
sebuah kesalahan besar. Oleh karena itu saya akan sharing bagaimana kita dapat
berorganisasi tanpa harus takut terhadap sesuatu yang tak semestinya kita
takuti.
Pertama-tama
kita harus membuka pola fikir kita yang lama tentang sebuah organisasi.
Janganlah kita selalu menganggap bahwasanya berorganisasi hanyalah untuk
mahasiswa yang telat dalam menyelesaikan perkuliahan. Jangan pula kita
menganggap bahwasanya berorganisasi hanya digeluti bagi mereka yang selalu
lalai dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Tapi perlu kita fahami
bersama bahwasanya berorganisasi adalah proses membiasakan diri untuk
mengorganisir segala sesuatu dalam kehidupan kita. Perilaku kita sehari-hari
dalam memilih pakaian mana yang akan digunakan, cara makan yang baik, dan
pemilihan tempat untuk berkomunikasi kepada lawan bicara merupakan bagian dari
organisasi.
Tetatapi
sangat disayangkan di kalangan mahasiswa sendiri yang seharusnya dapat menjadi
manusia-manusia yang aktif dan dinamis, tidak sedikit yang mengatakan bahwa
aktif dalam berorganisasi hanyalah menghabiskan dan menyita waktu belajar dan
melambatkan proses perkuliahan, maka saya katakan “TIDAK”. Aktif dalam
organisasi tidaklah menyita waktu belajar, waktu mengerjakan tugas, dan tidak
pula menyita waktu istirahat. Aktif dalam organisasi justru menjadi sarana
pembelajaran kita semua untuk menambah pengalaman di masa perkuliahan selain
hal akademik. Karena sejatinya aktif berorganisasi bukanlah menyita waktu
belajar kita, melainkan aktif berorganisasi ialah mengurangi waktu bermain
kita.
Tidak
sedikit saya menemukan para mahasiswa/i berjuluk “Mahasiswa Kupu-Kupu” atau
mahasiswa yang pada tiap harinya hanya datang untuk berkuliah dan segera pulang
ketika jam kuliah telah berakhir. Saya tidak menganggap ini sebagai hal yang
salah ataupun tidak benar. Justru saya akan sangat apresiatif sekali apabila
mahasiwa yang seperti ini ternyata mempunyai kesibukan lain selain kuliah. Misalnya
mengajar private, guru ngaji, pengurus masjid, atau seorang pengusaha muda yang
sedang merintis karirnya dalam dunia bisnis yang perlu kita berikan acungan
jempol. Yah,. karena merekalah para petarung hebat yang harus menyesuaikan
jadwal perkuliahan dengan kesibukan diluar kelas, yang tak jarang kegiatan
tersebut membutuhkan berbagai macam pengorbanan.
Tapi
akan sangat disesalkan apabila mahasiswa yang kuliah lalu pulang tanpa ada kesibukan
lain di luar perkuliahan, dan tidak sedikit pula saya menemukan mereka banyak
menghabiskan waktunya untuk bermain atau sekedar menghabiskan waktu untuk bersenda
gurau. Jadi jelaslah bahwa aktif berorganisasi bukanlah menyita waktu belajar,
melainkan menghabiskan waktu bermain kita yang sia-sia. Aktif berorganisasi ini
selayaknya tak terlepas bagi mereka yang hanya belajar, belajar, dan belajar
saja. Karena orang pintar saja tidaklah cukup, tetapi juga membutukan
kecerdasan.
Kepintaran
yang dimiliki seseorang haruslah diimbangi dengan kecerdasan. Kepintaran dalam
hal akademik perlu disempurnakan dengan kecerdasan dan keahlian soft skill
dan hard skill. Mengapa keahlian sangat diperlukan? yaa,. karena sebenarnya
nilai akademik yang kita dapatkan dalam perkuliahan hanyalah sebagai nilai yang
berhubungan secara administratif, tetapi sesuatu yang paling menentukan
percepatan jenjang karir kita adalah kemampuan dan keahlian kita. Banyak yang
harus menjadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa kepintaran yang dimiliki kita
semua tidak akan berguna apabila kita tidak dapat menyampaikannya dengan baik.
Maka dikatakan dalam Al-Qur’an yang berbunyi “Sampaikanlah Ilmu walau hanya
satu ayat” ~ Al-ayahh. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaiaman dapat
kita menyampaikan bila kita tidak dapat menyampaikan seluruh isi materi yang
berada di dalam otak kita?
Saya
akan ceritakan sebuah kisah nyata tentang seorang mahasiswi Lulusan terbaik
se-Universitas ketika wisuda. Sebagai wisudawati terbaik dengan nilai “Suma
Kumlaud” maka ia pun diminta untuk memberikan sambutan dihadapan Rektor dan
jajarannya, dihadapan ratusan wisudawan lainnya, dan dihadapan para orang tua
mahasiswa yang menghadiri prosesi wisuda. Karena sudah wajar dalam sebuah
prosesi wisuda ketika ada mahasiswa yang meraih predikat “Terbaik” maka dia
akan mendapat kesempatan untuk menyampaikan sambutan. Pembawa acara pun
memanggil namanya untuk maju memeberi sambutan. Ia pun beranjak maju ke podium
diiringi dengan tepukan tangan yang sangat meriah menemani tiap langkahnya maju
ke depan. Semua pandangan tertuju kepadanya disertai
dengan beberapa teriakan yang menyeru namanya.
Semua
terhening ketika ia telah sampai di podium, menunggu wisudawan terbaik di
angkatan tersebut menyampaikan sambutannya. Suasana masih tetap hening selama
hampir tiga puluh detik tanpa suara apapun yang terucap darinya. Para hadirin
mulai bertanya-tanya tentang apa yang sedang dipikirkannya, namun suasana tetap
kondusif karena telah menantikan sambutan darinya. Tampak raut wajah yang tak
biasa padanya, ketegangan pun terlihat darinya yang berdiri kaku mematung. Satu
menit telah berlalu dan hadirin pun memberikan tepuk tangan yang meriah sekali
lagi untuk memberikan dukungan. Namun bukannya membuka salam dan memberikan
sambutan, justru keringat mengucur semakin deras di keningnya membuat ia
semakin terlihat kebingungan dan kelu.
Beberapa
saat setelah itu terjadi akhirnya ia pun membuka sambutan dengan mengucapkan
salam kepada para hadirin. Ia pun mulai berkata tetapi terbata-bata. Menyadari
hal yang dilakukannya dihadapan banyak orang kala itu, ia pun lalu mengucapkan
salam mengakhiri sambutannya dan langsung kembali ketempat duduknnya semula
yang berada paling depan berhadapan langsung dengan rektor. Suasana pun mulai
ramai dengan kejadian tersebut, ada yang bertanya-tanya tentangnya, ada yang
melihatnya dari belakang, bahkan ada juga yang menertawaknnya.
Setelah
kejadian itu, ia mengungkapkan penyesalannya yang mendalam tentang telatnya ia
menyadari bahwa salah satu mental terbentuk di dalam organisasi. Manajemen
waktu, pendewasaan, hubungan emosional, menyelesaikan permasalahan, dan
bagaimana menyampaikan pendapat ternyata ada dalam proses pembelajaran di dalam
organisasi. Ia merasa bahwa apa yang dimilikinya dengan segudang keilmuannya
tak berguna jika ia tak pandai untuk menyampaikannya. Namun Alhamdulillah saya
mendengar berita terakhir bahwa dia belajar dan mengikuti berbagai macam
pelatihan public speaking untuk melatih kemampuannya menyampaikan materi di
hadapan orang banyak. Dan sekarang ia pun telah mampu menyampaikan apa yang ada
dalam otaknya untuk dengan mudah menyampaikannya kepada orang lain.
Kawan-kawanku
semua yang baik hatinya, yang anggun perangainya, yang senantiasa menginginkan
kehidupan untuk berlaku lebih damai dalam kesehariannya. Tidakkah ini menjadi
pembelajarannya bagi kita semua, bahwa pembelajaran yang sesungguhnya tak cukup
hanya didapat dalam lembaga formil, bahkan hal-hal yang sangat kita butuhkan
dalam kehidupan riil kita terkadang didapat dari lembaga non formil. Untuk itu
marilah sama-sama bersama meraih pembelajaran dimanapun, kapanpun, dan
bagaimanapun selagi itu bermanfaat dan menuju kearah kebaikan. Seperti yang
dikatakan di dalam Al-Qur’an adalah “Iqra’ “Bacalah”. Maka bacalah setiap ilmu
yang dapat kau ambil dari muka bumi ini untuk kau ambil manfaatnya dan kau
bagikan manfaat tersebut kepada orang lain.
wasssalam..
0 komentar:
Posting Komentar