
Masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa itu akan dilalui oleh setiap
manusia yang hidup di dunia ini. Berawal dari masa anak-anak yang selalu ingin
mengetahui segala hal, selalu mencoba-coba sesuatu yang baru tanpa memikirkan
akibatnya, dan banyak melakukan tindakan lalai yang melukainya. Lalu berlanjut
ke tahap berikutnya yaitu masa remaja, dimana seseorang telah mampu untuk
mengerti lebih dalam tentang rasa saling menghormati, saling mengasihi, saling
menyayangi, dan yang paling menonjol dari tahap ini adalah rasa saling
mencintai. Tapi tahap ini adalah tahap yang tidak mudah dilalui oleh setiap
orang di usianya, pasalnya banyak orang dalam tahap ini lebih menggunakan ego
dan emosinya dalam menyelesaikan segala hal. Dan tahap selanjutnya adalah tahap
dewasa, dimana dalam tahapan ini sesorang harus bisa mengakumulasikan dari
kedua tahapan sebelumnya. Sehingga rasa ingin tahu yang dimiliki dalam tahap
anak-anak, dan rasa saling menyayangi dalam tahapan remaja dapat diakumulasikan
dengan tidak mendahulukan ego dan emosi yang dapat merugikan dirinya.
Sebagai sesama mahasiswa yang sekarang duduk di bangku perkuliahan, kita
bukan lagi anak kecil yang dengan mudah dibohongi oleh orang yang lebih tua
atau lebih senior daripada kita. Kita mampu untuk berfikir secara realistis dan
lebih kritis. Tetapi ini tidak dengan artian kita tak butuh dan menolak saran
dan masukan dari senior kita, karena pengalaman mereka juga dapat membantu bagi
langkah kita dalam menempuh kehidupan baik di dunia luar maupun dalam
lingkungan kampus.
Dalam lingkungan kampus, selain mendapat ilmu secara akademik kita juga
diajarkan bagaimana cara menatap masa depan dalam bermasyarakat dengan baik.
Menjalin hubungan dan membangun emosional dengan sesama teman se-angatan, senior, dan para dosen adalah
langkah awal bagaimana kita nantinya akan dihadapkan oleh kehidupan
bermasyarakat. Maka inilah lembaran awal dalam kehidupan kita untuk menjadikan
lembaran-lembaran berikutnya sebagai lembaran yang akan kita goreskan dengan
tinta emas. Gesekan yang terjadi dalam lingkungan kampus seharusmya menjadi
pembelajaran untuk bagaimana kita bisa menghindari gesekan tersebut. Karena
bila kita tidak bisa menghindari gesekan yang terjadi saat ini, maka nantinya
dalam bermasyarakatpun kita akan sulit menghentikan gesekan tersebut yang
pastinya gesekan dalam bermasyarakat lebih kejam.
Mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi baik intra – maupun extra kampus
seharusnya sudah mempunyai komitmen untuk apa berorganisasi. Kalau hanya dilandaskan
rasa fanatisme belaka untuk apa berorganisasi ?, karena itu hanya akan
menimbulkan kesalahan dalam tujuan berorganisasi sendiri. Karena saya yakin
semua organisasi mempunyai tujuan yang sama-sama mulia, ingin menghasilkan
kader-kader dan anggota-anggota yang baik. Yang dapat memberikan pengaruh baik
dalam kehidupan pribadinya, maupun kehidupan bermasyarakat di masa mendatang.
Walaupun memang dalam prosesnya, terkadang kita selalu dihadapkan dengan
sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Tapi kita ini mahasiswa, bukan lagi
anak kecil yang tidak bisa membedakan antara mana yang madu dan mana yang
racun. Jelas kita mengetahui bahwa yang baik selayaknya kita ikuti dan kita
jadikan sebuah motivasi untuk membangun pribadi yang lebih anggun lagi, tapi
bila buruk sudah seharusnya kita tinggalkan dan kita buang jauh-jauh. Maka saya
sangat berharap kepada teman-teman semua untuk tidak terlalu bersifat fanatik
terhadap organisasi apapun yang kalian ikuti saat ini sehingga tidak mau
menerima perkataan dari organisasi lain, atau bahkan menjelek-jelekannya.
Kita sebagai mahasiswa yang mana sering diseru-serukan bahwasanya mahasiswa
itu adalah “Agen Perubahan”, tapi perubahan yang bagaimana? Seperti apa? Dan
perubahan ke arah mana? Kalau kita dalam prosesnya saja sudah saling
ditumbuhkan rasa kebencian antara satu angakatan dengan yang lainnya, antara
satu organisasi dengan organisasi lainnya. Kita para pemuda adalah harapan dari
bangsa ini, kita yang akan membangun bangsa ini, kita sebagai garda terdepan
dalam pembentukan karakter dan pembangunan mental untuk menjadikan bangsa ini
maju dan tidak lagi terjajah. Maka sudah seharusnya kalau rasa saling membenci
itu berubah dengan rasa saling menghormati dan menghargai, rasa saling
bertenggangrasa dan toleransi sesama orang yang berproses. Jangan mau untuk
dijadikan boneka-boneka permainan, jangan dengarkan mereka yang selalu ingin
mempropagandakan kebencian, jangan hiraukan mereka yang selalu ingin
menimbulkan kekacauan, tapi dengarkan kepada hati nurani kita bila kita
sama-sama berproses dalam membangun kehidupan yang lebih baik dan damai, maka
kita telah turut andil dalam meneruskan generasi penerus yang berkualitas.
Kita sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan pertolongan orang lain,
kita tak kan bisa hidup sendirian. Maka timbulkanlah rasa perdamaian, bukan
kebencian. Memiliki seribu teman masih terlalu sedikit, memiliki satu musuh
masih terlalu banyak. Tidak ada kata terlambat, apabila lembaran yang kalian
gores saat ini telah ternodai, kita masih dapat membuka lembaran baru yang
bersih dan dapat kita goreskan dengan tinta emas. “Setiap orang pasti menjadi
dewasa, tapi tidak setiap orang bisa brsifat dewasa”.
#PEACE LOVE UNITY AND RESPECT
0 komentar:
Posting Komentar