About

Jumat, 15 Maret 2013

Kita Bukan Lagi Anak Kecil



Masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa itu akan dilalui oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini. Berawal dari masa anak-anak yang selalu ingin mengetahui segala hal, selalu mencoba-coba sesuatu yang baru tanpa memikirkan akibatnya, dan banyak melakukan tindakan lalai yang melukainya. Lalu berlanjut ke tahap berikutnya yaitu masa remaja, dimana seseorang telah mampu untuk mengerti lebih dalam tentang rasa saling menghormati, saling mengasihi, saling menyayangi, dan yang paling menonjol dari tahap ini adalah rasa saling mencintai. Tapi tahap ini adalah tahap yang tidak mudah dilalui oleh setiap orang di usianya, pasalnya banyak orang dalam tahap ini lebih menggunakan ego dan emosinya dalam menyelesaikan segala hal. Dan tahap selanjutnya adalah tahap dewasa, dimana dalam tahapan ini sesorang harus bisa mengakumulasikan dari kedua tahapan sebelumnya. Sehingga rasa ingin tahu yang dimiliki dalam tahap anak-anak, dan rasa saling menyayangi dalam tahapan remaja dapat diakumulasikan dengan tidak mendahulukan ego dan emosi yang dapat merugikan dirinya.

Sebagai sesama mahasiswa yang sekarang duduk di bangku perkuliahan, kita bukan lagi anak kecil yang dengan mudah dibohongi oleh orang yang lebih tua atau lebih senior daripada kita. Kita mampu untuk berfikir secara realistis dan lebih kritis. Tetapi ini tidak dengan artian kita tak butuh dan menolak saran dan masukan dari senior kita, karena pengalaman mereka juga dapat membantu bagi langkah kita dalam menempuh kehidupan baik di dunia luar maupun dalam lingkungan kampus.

Dalam lingkungan kampus, selain mendapat ilmu secara akademik kita juga diajarkan bagaimana cara menatap masa depan dalam bermasyarakat dengan baik. Menjalin hubungan dan membangun emosional dengan sesama teman se-angatan, senior, dan para dosen adalah langkah awal bagaimana kita nantinya akan dihadapkan oleh kehidupan bermasyarakat. Maka inilah lembaran awal dalam kehidupan kita untuk menjadikan lembaran-lembaran berikutnya sebagai lembaran yang akan kita goreskan dengan tinta emas. Gesekan yang terjadi dalam lingkungan kampus seharusmya menjadi pembelajaran untuk bagaimana kita bisa menghindari gesekan tersebut. Karena bila kita tidak bisa menghindari gesekan yang terjadi saat ini, maka nantinya dalam bermasyarakatpun kita akan sulit menghentikan gesekan tersebut yang pastinya gesekan dalam bermasyarakat lebih kejam.

Mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi baik intra – maupun extra kampus seharusnya sudah mempunyai komitmen untuk apa berorganisasi. Kalau hanya dilandaskan rasa fanatisme belaka untuk apa berorganisasi ?, karena itu hanya akan menimbulkan kesalahan dalam tujuan berorganisasi sendiri. Karena saya yakin semua organisasi mempunyai tujuan yang sama-sama mulia, ingin menghasilkan kader-kader dan anggota-anggota yang baik. Yang dapat memberikan pengaruh baik dalam kehidupan pribadinya, maupun kehidupan bermasyarakat di masa mendatang.

Walaupun memang dalam prosesnya, terkadang kita selalu dihadapkan dengan sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Tapi kita ini mahasiswa, bukan lagi anak kecil yang tidak bisa membedakan antara mana yang madu dan mana yang racun. Jelas kita mengetahui bahwa yang baik selayaknya kita ikuti dan kita jadikan sebuah motivasi untuk membangun pribadi yang lebih anggun lagi, tapi bila buruk sudah seharusnya kita tinggalkan dan kita buang jauh-jauh. Maka saya sangat berharap kepada teman-teman semua untuk tidak terlalu bersifat fanatik terhadap organisasi apapun yang kalian ikuti saat ini sehingga tidak mau menerima perkataan dari organisasi lain, atau bahkan menjelek-jelekannya. 

Kita sebagai mahasiswa yang mana sering diseru-serukan bahwasanya mahasiswa itu adalah “Agen Perubahan”, tapi perubahan yang bagaimana? Seperti apa? Dan perubahan ke arah mana? Kalau kita dalam prosesnya saja sudah saling ditumbuhkan rasa kebencian antara satu angakatan dengan yang lainnya, antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Kita para pemuda adalah harapan dari bangsa ini, kita yang akan membangun bangsa ini, kita sebagai garda terdepan dalam pembentukan karakter dan pembangunan mental untuk menjadikan bangsa ini maju dan tidak lagi terjajah. Maka sudah seharusnya kalau rasa saling membenci itu berubah dengan rasa saling menghormati dan menghargai, rasa saling bertenggangrasa dan toleransi sesama orang yang berproses. Jangan mau untuk dijadikan boneka-boneka permainan, jangan dengarkan mereka yang selalu ingin mempropagandakan kebencian, jangan hiraukan mereka yang selalu ingin menimbulkan kekacauan, tapi dengarkan kepada hati nurani kita bila kita sama-sama berproses dalam membangun kehidupan yang lebih baik dan damai, maka kita telah turut andil dalam meneruskan generasi penerus yang berkualitas.

Kita sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan pertolongan orang lain, kita tak kan bisa hidup sendirian. Maka timbulkanlah rasa perdamaian, bukan kebencian. Memiliki seribu teman masih terlalu sedikit, memiliki satu musuh masih terlalu banyak. Tidak ada kata terlambat, apabila lembaran yang kalian gores saat ini telah ternodai, kita masih dapat membuka lembaran baru yang bersih dan dapat kita goreskan dengan tinta emas. “Setiap orang pasti menjadi dewasa, tapi tidak setiap orang bisa brsifat dewasa”.

#PEACE LOVE UNITY AND RESPECT

0 komentar:

Posting Komentar