Sebagai seorang manusia, sudah menjadi fitrah bila kita mencintai
keindahan, mengagumi keagungan alam, dan merindukan kedamaian. Tapi bukan
berarti semua yang kita inginkan tersebut harus terlaksana semuanya sesuai
dengan keinginan kita tanpa kita melakukan apa yang telah ditanggungjawabkan
kepada kita, yaitu memberikan porsi yang serasi terhadap apa yang telah kita
dapat. Memenuhi tanggung jawab sudah menjadi kewajiban kita untuk menuntut hak
yang sudah menjadi milik kita, tapi bila tanggung jawab belum terpenuhi jangan
pernah memaksa untuk mendapat hak, karena itu namanya kriminalitas.
Berbicara masalah fitrah sudah wajar bila manusia saling mencintai, tapi berbicara
masalah tanggung jawab? Belum tentu semua memahami (اوصيكم و اياي نفسي بتقو
الله ). Masalah cinta bisa menjadikan kita
orang yang paling taat bila atas nama Allah, tetapi dapat menjadi maksiat bila
hanya atas nama syahwat. Sayangnya kita hidup dalam lingkungan kebanyakan
masyarakat yang salah memahami arti cinta. Kita hidup dalam masyarakat yang
mendewakan kepuasan badani lewat eksploitasi seksual yang mereka kira itu
sebagai cinta. Cinta sering disalah artikan, bahkan hal itu sengaja dilakukan
semata-mata untuk mencari kesenangan berupa kemaksiatan.
Tanggung jawab mutlak diperlukan dalam segala hal, tak terkecuali dalam
cinta. Karena rasa cinta dan kasih sayang sebagai akibat dari adanya rasa
tanggung jawab. Melihat paradigma yang terjadi di Indonesia bahkan dunia saat
ini, kekhawatiran terhadap hilangnya rasa tanggung jawab dalam cinta semakin
meresahkan. Interaksi remaja dewasa kini sudah tidak lagi berpedoman dari
ajaran agama Islam, melainkan merujuk kepada budaya barat yang sarat pergaulan
bebas.

Kalau sudah begini pernikahan tidak lagi menjadi sakral, menjaga kehormatan
menjadi hal yang paling sulit untuk ditemui, dan jiwa yang suci mungkin telah
tersembunyi. Karena pacara sesungguhnya tidaklah dewasa, tetapi hanya beradegan
dewasa. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian para wanita dalam menjaga
kehormatannya, karena wanita yang akan terus mendidik anak-anaknya dalam
membangun generasi penerus bangsa. Sebab dalam pacaran lelaki hanya memberi
pengorbanannya untuk sesaat, tapi wanita memberi kehormatannya untuk selamanya.
Kalau serius datengin walinya, bukan cuman nongkrongin anaknya. Kalo belum siap
ya jangan berinteraksi.
Bisa kita bayangkan berapa banyak lelaki yang mau bertanggungjawab kalau
sudah terjadinya perbuatan maksiat yang menyebabkan wanita kehilangan
kehormatannya? Kalau sudah begitu siapa yang dirugikan? Allah memberikan rasa
cinta kepada hamba-NYA untuk dipergunakan dengan benar, untuk menggunakan dari
rasa cinta tersebut agar selalu mengingat kepada siapa sang pemberi rasa cinta
tersebut. Bukan malah menggunakan untuk kemaksiatan sesaat. Allah itu tidak
melihat seberapa besar kesuksesan yang dicapai hamba-NYA, tapi Allah melihat
seberapa kecil hamba-NYA dapat menghindari kemaksiatan.
Cara yang paling ampuh dan yang paling dianjurkan oleh Rasulullah saw untuk
menghindari kemaksiatan dari hubungan cinta adalah dengan menikah. Karena
menikah bisa menjadi tempat kau memberikan kasih sayang juga sebagai tempat
melampiaskan syahwat yang justru mendatangkan pahala untukmu, karena itu adalah
suatu ibadah. Rasulullah saw pernah berkata “Tiada sempurna ibadah seorang yang
beribadah sebelum ia beristri (menikah)”. Ini menjelaskan bahwasanya nikah itu
suatu ibadah, dan tidak sempurna ibdahnya kecuali dengan menikah.
Maka bagi yang sudah mampu dan kemaslahatannya lebih besar ketimbang
meninggalkannya akan mendatangkan kemudharatan, segeralah untuk melakukan
pernikahan. Karena dengan menikah membuatmu menjaga pandanganmu, dan mekindungi
kemaluanmu. Dan bagi yang belum mampu, maka jangan melakukan perbuatan
pranikah. Mau itu cuma pacaran, Cuma temen tapi mesra, cuma temen deket, Cuma
adik-kakak, apapun itu semua kemaksiatan juga asalnya dari kata Cuma. Cuma
pegangan tangan lah, Cuma pelukan lah, Cuma cium kening lah, dan semua Cuma
Cuma yang lainnya lah.
Pacaran memang tak selalu berujung kepada zina, tapi perbuatan zina selalu
diawali dengan pacaran.
Pacaran itu Cuma main-main, nikah itu serius. Mau dimainin apa diseriusin?
Mundur itu bukan berarti sebagai pengecut, tapi laksana anak panah yang
ditarik mundur dari busurnya untuk segera maju dengan kecepatan yang tak
terhingga. Jangan memikirkan kenikmatan maksiat yang kau tinggalkan dibelakang,
tapi pikirkan janji kenikmatan Allah yang akan datang.
#Being lonely because Allah, is another kind of beauty
sponsored by :
Qyu kunjungan baliknya yo
BalasHapuszona-reareo.blogspot.com