About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 28 Maret 2013

Habis Gelap Terbitlah Terang



Gegap gempita panggung kemeriahan “PEMIRA” Fakultas Tarbiyah baru saja mencapai klimaksnya. Kebisingan selama beberapa bulan terakhir tentang siapa yang bakal dicalonkan sebagai pemimpin yang baru, mensinergikan kekuatan daya dan upaya, dan strategi politik yang harus digunakan telah usai. Pengorbanan tenaga, fikiran, waktu, dan harta tidak lagi menjadi persoalan penting yang dihiraukan, karena pada dasarnya inilah sebuah “Proses”.  Proses pendewasaan, pengorbanan, dan pengembangan diri untuk tidak menjadikan orang yang berfikiran feodal, oportunis, dan hedonis. Proses untuk tidak menjadikan dia berorientasi pada apa yang ia dapatkan dari apa yang ia lakukan, tapi lebih kepada apa yang telah ia berikan dari apa yang ia lakukan.
Ibarat roda yang berputar, pastinya terkadang ia berada di atas dan tak bisa disangkal bahwa terkadang ia akan berada dibawah, mengalami gesekan pun tak kan bisa dihindarkan. Tapi kita sama-sama mengetahui bila roda itu tetap berjalan pada porosnya maka kendaraan apapun yang ditopang oleh roda tersebut pasti akan berjalan lancar. Bagi calon yang memenangkan pemilihan diharap bisa bersikap bijak untuk terus menghormati calon yang kalah, dan bagi calon yang kalah juga diharap bisa bersikap arif untuk terus mendukung segala pergerakan yang dilakukan calon yang memenangkan pemilihan untuk kepengurusan yang lebih baik lagi. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tak kan pernah bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Amanah kepengurusan HMJ maupun BEM-F akan segera diserahkan pada kepengurusan yang baru. Kita sama-sama berharap dalam kepengurusan yang baru ini akan menjadi lebih baik dari kepengurusan sebelumnya, dengan semangat yang baru dan juga dengan niat yang baru pula. Bukan bagaimana cara memenangkan pemilihan yang sekarang mereka fikirkan, tapi bagi kepengurusan yang baru ini adalah sebuah amanah yang harus mereka emban dengan sebaik-baiknya. Ini adalah langkah mereka menjadi seorang visioner dengan menjalankan visi dan misi yang telah mereka buat yang tentunya visi dan misi tersebut saya yakin bukanlah hanya sebuah rekayasa yang tanpa dilandasi rasa tanggung jawab, tapi lebih dari itu tentunya mereka akan menjalankannya dengan penuh konsekuensi dan dedikasi yang tinggi.
“Habis gelap terbitlah terang”. Slogan ini sungguh menjadi perayaan dan harapan bagi seluruh kepengurusan baru yang diamanahkan untuk menjalaninya dengan baik. Apabila dalam kepengurusan sebelumnya masih terdapat kekurangan, maka kita berharap dalam kepengurusan yang baru ini akan melengkapi kekurangan tersebut dan menambahkan nilai-nilai yang bermanfaat. Semoga dalam kepengurusan baru ini akan menjadi goresan tinta emas dalam tiap lembarannya dan menjadi langkah awal bagi terciptanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala.

Jumat, 15 Maret 2013

Kita Bukan Lagi Anak Kecil



Masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa itu akan dilalui oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini. Berawal dari masa anak-anak yang selalu ingin mengetahui segala hal, selalu mencoba-coba sesuatu yang baru tanpa memikirkan akibatnya, dan banyak melakukan tindakan lalai yang melukainya. Lalu berlanjut ke tahap berikutnya yaitu masa remaja, dimana seseorang telah mampu untuk mengerti lebih dalam tentang rasa saling menghormati, saling mengasihi, saling menyayangi, dan yang paling menonjol dari tahap ini adalah rasa saling mencintai. Tapi tahap ini adalah tahap yang tidak mudah dilalui oleh setiap orang di usianya, pasalnya banyak orang dalam tahap ini lebih menggunakan ego dan emosinya dalam menyelesaikan segala hal. Dan tahap selanjutnya adalah tahap dewasa, dimana dalam tahapan ini sesorang harus bisa mengakumulasikan dari kedua tahapan sebelumnya. Sehingga rasa ingin tahu yang dimiliki dalam tahap anak-anak, dan rasa saling menyayangi dalam tahapan remaja dapat diakumulasikan dengan tidak mendahulukan ego dan emosi yang dapat merugikan dirinya.

Sebagai sesama mahasiswa yang sekarang duduk di bangku perkuliahan, kita bukan lagi anak kecil yang dengan mudah dibohongi oleh orang yang lebih tua atau lebih senior daripada kita. Kita mampu untuk berfikir secara realistis dan lebih kritis. Tetapi ini tidak dengan artian kita tak butuh dan menolak saran dan masukan dari senior kita, karena pengalaman mereka juga dapat membantu bagi langkah kita dalam menempuh kehidupan baik di dunia luar maupun dalam lingkungan kampus.

Dalam lingkungan kampus, selain mendapat ilmu secara akademik kita juga diajarkan bagaimana cara menatap masa depan dalam bermasyarakat dengan baik. Menjalin hubungan dan membangun emosional dengan sesama teman se-angatan, senior, dan para dosen adalah langkah awal bagaimana kita nantinya akan dihadapkan oleh kehidupan bermasyarakat. Maka inilah lembaran awal dalam kehidupan kita untuk menjadikan lembaran-lembaran berikutnya sebagai lembaran yang akan kita goreskan dengan tinta emas. Gesekan yang terjadi dalam lingkungan kampus seharusmya menjadi pembelajaran untuk bagaimana kita bisa menghindari gesekan tersebut. Karena bila kita tidak bisa menghindari gesekan yang terjadi saat ini, maka nantinya dalam bermasyarakatpun kita akan sulit menghentikan gesekan tersebut yang pastinya gesekan dalam bermasyarakat lebih kejam.

Mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi baik intra – maupun extra kampus seharusnya sudah mempunyai komitmen untuk apa berorganisasi. Kalau hanya dilandaskan rasa fanatisme belaka untuk apa berorganisasi ?, karena itu hanya akan menimbulkan kesalahan dalam tujuan berorganisasi sendiri. Karena saya yakin semua organisasi mempunyai tujuan yang sama-sama mulia, ingin menghasilkan kader-kader dan anggota-anggota yang baik. Yang dapat memberikan pengaruh baik dalam kehidupan pribadinya, maupun kehidupan bermasyarakat di masa mendatang.

Walaupun memang dalam prosesnya, terkadang kita selalu dihadapkan dengan sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Tapi kita ini mahasiswa, bukan lagi anak kecil yang tidak bisa membedakan antara mana yang madu dan mana yang racun. Jelas kita mengetahui bahwa yang baik selayaknya kita ikuti dan kita jadikan sebuah motivasi untuk membangun pribadi yang lebih anggun lagi, tapi bila buruk sudah seharusnya kita tinggalkan dan kita buang jauh-jauh. Maka saya sangat berharap kepada teman-teman semua untuk tidak terlalu bersifat fanatik terhadap organisasi apapun yang kalian ikuti saat ini sehingga tidak mau menerima perkataan dari organisasi lain, atau bahkan menjelek-jelekannya. 

Kita sebagai mahasiswa yang mana sering diseru-serukan bahwasanya mahasiswa itu adalah “Agen Perubahan”, tapi perubahan yang bagaimana? Seperti apa? Dan perubahan ke arah mana? Kalau kita dalam prosesnya saja sudah saling ditumbuhkan rasa kebencian antara satu angakatan dengan yang lainnya, antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Kita para pemuda adalah harapan dari bangsa ini, kita yang akan membangun bangsa ini, kita sebagai garda terdepan dalam pembentukan karakter dan pembangunan mental untuk menjadikan bangsa ini maju dan tidak lagi terjajah. Maka sudah seharusnya kalau rasa saling membenci itu berubah dengan rasa saling menghormati dan menghargai, rasa saling bertenggangrasa dan toleransi sesama orang yang berproses. Jangan mau untuk dijadikan boneka-boneka permainan, jangan dengarkan mereka yang selalu ingin mempropagandakan kebencian, jangan hiraukan mereka yang selalu ingin menimbulkan kekacauan, tapi dengarkan kepada hati nurani kita bila kita sama-sama berproses dalam membangun kehidupan yang lebih baik dan damai, maka kita telah turut andil dalam meneruskan generasi penerus yang berkualitas.

Kita sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan pertolongan orang lain, kita tak kan bisa hidup sendirian. Maka timbulkanlah rasa perdamaian, bukan kebencian. Memiliki seribu teman masih terlalu sedikit, memiliki satu musuh masih terlalu banyak. Tidak ada kata terlambat, apabila lembaran yang kalian gores saat ini telah ternodai, kita masih dapat membuka lembaran baru yang bersih dan dapat kita goreskan dengan tinta emas. “Setiap orang pasti menjadi dewasa, tapi tidak setiap orang bisa brsifat dewasa”.

#PEACE LOVE UNITY AND RESPECT

Rabu, 13 Maret 2013

The Miracle Of Love

Cinta berubah mengikuti masamu, ada cinta untuk setiap usia.
Selagi engkau belum siap untuk memandu cinta, mungkin perlu lebih dalam memaknai cinta.
Bahwa cinta bukan hanya sekedar kepada lawan jenis.

Cinta, satu kata yang tak kan habis dibicarakan sepanjang waktu,
Kata yang akan terus laku dijual dalam dunia cerita, dunia layar, dan dunia nyata.
Cinta itu tak bisa dilihat, namun nyata bisa dirasakan.
Cinta tidak dapat diciptakan atau dipaksakan, dan tidak dapat dimusnahkan,
Hanya dapat beralih bentuk.

Cinta ditemukan pada semua hal.
Atas nama cinta banyak orang memperoleh kebahagiaan,
Atas nama cinta pula banyak orang menuai luka nestapa.
Karena cinta seorang yang gagap tiba-tiba menjadi puitis,
Karena cinta pula seorang ahli sastra seolah seperti anak kecil yang baru belajar bicara.

Cinta bisa membuat seorang pengecut menjadi pemberani,
Membuat yang paling berani menjadi jinak di hadpannya.
Demi cinta tak ada lautan yang tak bisa deseberangi,
Tak ada gunung yang tak bisa didaki.

Karena cinta, pembunuh akan jadi penyayang yang paling baik.
Cinta pula yang memberi harapan kepada yang putus asa.


MAU ENAKNYA DOANG? KELAUT AJA LO !



Sebagai seorang manusia, sudah menjadi fitrah bila kita mencintai keindahan, mengagumi keagungan alam, dan merindukan kedamaian. Tapi bukan berarti semua yang kita inginkan tersebut harus terlaksana semuanya sesuai dengan keinginan kita tanpa kita melakukan apa yang telah ditanggungjawabkan kepada kita, yaitu memberikan porsi yang serasi terhadap apa yang telah kita dapat. Memenuhi tanggung jawab sudah menjadi kewajiban kita untuk menuntut hak yang sudah menjadi milik kita, tapi bila tanggung jawab belum terpenuhi jangan pernah memaksa untuk mendapat hak, karena itu namanya kriminalitas.
Berbicara masalah fitrah sudah wajar bila manusia saling mencintai, tapi berbicara masalah tanggung jawab? Belum tentu semua memahami (اوصيكم و اياي نفسي بتقو الله ). Masalah cinta bisa menjadikan kita orang yang paling taat bila atas nama Allah, tetapi dapat menjadi maksiat bila hanya atas nama syahwat. Sayangnya kita hidup dalam lingkungan kebanyakan masyarakat yang salah memahami arti cinta. Kita hidup dalam masyarakat yang mendewakan kepuasan badani lewat eksploitasi seksual yang mereka kira itu sebagai cinta. Cinta sering disalah artikan, bahkan hal itu sengaja dilakukan semata-mata untuk mencari kesenangan berupa kemaksiatan.
Tanggung jawab mutlak diperlukan dalam segala hal, tak terkecuali dalam cinta. Karena rasa cinta dan kasih sayang sebagai akibat dari adanya rasa tanggung jawab. Melihat paradigma yang terjadi di Indonesia bahkan dunia saat ini, kekhawatiran terhadap hilangnya rasa tanggung jawab dalam cinta semakin meresahkan. Interaksi remaja dewasa kini sudah tidak lagi berpedoman dari ajaran agama Islam, melainkan merujuk kepada budaya barat yang sarat pergaulan bebas.

Interaksi yang ditawarkan budaya barat tersebut terbilang sukses mendekonstruksi nilai-nilai keislaman dari para pemeluknya. Interkasi yang tak sedikit menimbulkan maksiat yang dikemas dalam keharmonisan sesaat. Ada yang menyebutnya pacaran, teman tapi mesra, teman dekat atau lain sebagainya. Apapun sebutannya, tetap saja semuanya mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu menuju kepada maksiat. Bagaimana tidak dikatakan maksiat bila seorang yang belum halal baginya sudah bergandengan tangan (ini tahap yang paling ringan), berpelukan, dan perlakuan pranikah lain yang tidak perlu dipaparkan.
Kalau sudah begini pernikahan tidak lagi menjadi sakral, menjaga kehormatan menjadi hal yang paling sulit untuk ditemui, dan jiwa yang suci mungkin telah tersembunyi. Karena pacara sesungguhnya tidaklah dewasa, tetapi hanya beradegan dewasa. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian para wanita dalam menjaga kehormatannya, karena wanita yang akan terus mendidik anak-anaknya dalam membangun generasi penerus bangsa. Sebab dalam pacaran lelaki hanya memberi pengorbanannya untuk sesaat, tapi wanita memberi kehormatannya untuk selamanya. Kalau serius datengin walinya, bukan cuman nongkrongin anaknya. Kalo belum siap ya jangan berinteraksi.
Bisa kita bayangkan berapa banyak lelaki yang mau bertanggungjawab kalau sudah terjadinya perbuatan maksiat yang menyebabkan wanita kehilangan kehormatannya? Kalau sudah begitu siapa yang dirugikan? Allah memberikan rasa cinta kepada hamba-NYA untuk dipergunakan dengan benar, untuk menggunakan dari rasa cinta tersebut agar selalu mengingat kepada siapa sang pemberi rasa cinta tersebut. Bukan malah menggunakan untuk kemaksiatan sesaat. Allah itu tidak melihat seberapa besar kesuksesan yang dicapai hamba-NYA, tapi Allah melihat seberapa kecil hamba-NYA dapat menghindari kemaksiatan.
Cara yang paling ampuh dan yang paling dianjurkan oleh Rasulullah saw untuk menghindari kemaksiatan dari hubungan cinta adalah dengan menikah. Karena menikah bisa menjadi tempat kau memberikan kasih sayang juga sebagai tempat melampiaskan syahwat yang justru mendatangkan pahala untukmu, karena itu adalah suatu ibadah. Rasulullah saw pernah berkata “Tiada sempurna ibadah seorang yang beribadah sebelum ia beristri (menikah)”. Ini menjelaskan bahwasanya nikah itu suatu ibadah, dan tidak sempurna ibdahnya kecuali dengan menikah.
Maka bagi yang sudah mampu dan kemaslahatannya lebih besar ketimbang meninggalkannya akan mendatangkan kemudharatan, segeralah untuk melakukan pernikahan. Karena dengan menikah membuatmu menjaga pandanganmu, dan mekindungi kemaluanmu. Dan bagi yang belum mampu, maka jangan melakukan perbuatan pranikah. Mau itu cuma pacaran, Cuma temen tapi mesra, cuma temen deket, Cuma adik-kakak, apapun itu semua kemaksiatan juga asalnya dari kata Cuma. Cuma pegangan tangan lah, Cuma pelukan lah, Cuma cium kening lah, dan semua Cuma Cuma yang lainnya lah.
Pacaran memang tak selalu berujung kepada zina, tapi perbuatan zina selalu diawali dengan pacaran.
Pacaran itu Cuma main-main, nikah itu serius. Mau dimainin apa diseriusin?
Mundur itu bukan berarti sebagai pengecut, tapi laksana anak panah yang ditarik mundur dari busurnya untuk segera maju dengan kecepatan yang tak terhingga. Jangan memikirkan kenikmatan maksiat yang kau tinggalkan dibelakang, tapi pikirkan janji kenikmatan Allah yang akan datang.
#Being lonely because Allah, is another kind of beauty


 sponsored by :