Gegap gempita panggung kemeriahan “PEMIRA” Fakultas Tarbiyah baru saja
mencapai klimaksnya. Kebisingan selama beberapa bulan terakhir tentang siapa
yang bakal dicalonkan sebagai pemimpin yang baru, mensinergikan kekuatan daya dan
upaya, dan strategi politik
yang harus digunakan telah usai. Pengorbanan tenaga, fikiran, waktu, dan harta
tidak lagi menjadi persoalan penting yang dihiraukan, karena pada dasarnya
inilah sebuah “Proses”. Proses
pendewasaan, pengorbanan, dan pengembangan diri untuk tidak menjadikan orang
yang berfikiran feodal, oportunis, dan hedonis. Proses untuk tidak menjadikan
dia berorientasi pada apa yang ia dapatkan dari apa yang ia lakukan, tapi lebih
kepada apa yang telah ia berikan dari apa yang ia lakukan.
Ibarat roda yang berputar, pastinya terkadang ia berada di atas dan tak
bisa disangkal bahwa terkadang ia akan berada dibawah, mengalami gesekan pun
tak kan bisa dihindarkan. Tapi kita sama-sama mengetahui bila roda itu tetap
berjalan pada porosnya maka kendaraan apapun yang ditopang oleh roda tersebut
pasti akan berjalan lancar. Bagi calon yang memenangkan pemilihan diharap bisa
bersikap bijak untuk terus menghormati calon yang kalah, dan bagi calon yang
kalah juga diharap bisa bersikap arif untuk terus mendukung segala pergerakan
yang dilakukan calon yang memenangkan pemilihan untuk kepengurusan yang lebih
baik lagi. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tak kan pernah bisa hidup
tanpa bantuan orang lain.
Amanah kepengurusan HMJ maupun BEM-F akan segera diserahkan pada
kepengurusan yang baru. Kita sama-sama berharap dalam kepengurusan yang baru ini
akan menjadi lebih baik dari kepengurusan sebelumnya, dengan semangat yang baru
dan juga dengan niat yang baru pula. Bukan bagaimana cara memenangkan pemilihan
yang sekarang mereka fikirkan, tapi bagi kepengurusan yang baru ini adalah
sebuah amanah yang harus mereka emban dengan sebaik-baiknya. Ini adalah langkah
mereka menjadi seorang visioner dengan menjalankan visi dan misi yang telah
mereka buat yang tentunya visi dan misi tersebut saya yakin bukanlah hanya
sebuah rekayasa yang tanpa dilandasi rasa tanggung jawab, tapi lebih dari itu
tentunya mereka akan menjalankannya dengan penuh konsekuensi dan dedikasi yang
tinggi.
“Habis gelap terbitlah terang”. Slogan ini sungguh menjadi perayaan dan
harapan bagi seluruh kepengurusan baru yang diamanahkan untuk menjalaninya
dengan baik. Apabila dalam kepengurusan sebelumnya masih terdapat kekurangan,
maka kita berharap dalam kepengurusan yang baru ini akan melengkapi kekurangan
tersebut dan menambahkan nilai-nilai yang bermanfaat. Semoga dalam kepengurusan
baru ini akan menjadi goresan tinta emas dalam tiap lembarannya dan menjadi
langkah awal bagi terciptanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala.